Kamis, 28 Februari 2013

Another Short Story


Baim
Cerpen Patria Handung Jaya

            Pukul 19.00, aku gelisah. Perasaanku tak karuan membayangkan apa yang akan terjadi 30 menit ke depan. Pikiranku hanya tertuju padanya, sosok yang bahkan belum pernah aku temui. Sejak menjanda 2 tahun lalu, baru kali ini ku beranikan diri berkenalan dengan seorang pria. “Aku sudah di jalan”, tegasnya melalui pesan singkat. Perjalanan Kalasan-Yogyakarta yang hanya 30 menit itu membuat dadaku semakin berdegup kencang.
                                                                                    ***

            Baim, nama lelaki itu. Usianya 27 tahun, bisa dikatakan tak terlalu jauh dengan usiaku,. Aku mengenalnya melalui sebuah jejaring sosial. Tak sengaja ku temukan akun miliknya ketika aku sedang merasa kesepian. Ia pria yang manis, aku melihat beberapa foto di akun miliknya itu.. Aku tak berpikir panjang. Langsung saja ku hubungi nomer yang ia cantumkan dalam profile nya. Malam itu, ku beranikan untuk mengirim pesan singkat padanya. Identitas, cerita hidup, semua aku ceritakan padanya. Ia tak membalas lagi. “Ah, ia tak tertarik”, pikirku pesimis.
            Mungkin Ia tak suka pada janda 30 tahun beranak satu yang ditinggal mati suaminya di medan perang. Tentu saja, pria menarik seperti dirinya tidak level sama wanita sepertiku. Hari berganti. Dua malam kemudian, handphoneku berdering. Tak kusangka nomer yang ku kenal mengirim pesan singkat padaku. “Baim”, gumamku singkat. Pesannya tak panjang, hanya sekedar sapaan biasa, “Selamat malam Andini”, isi pesannya. Entah setan apa yang merasukiku. Tak ku balas pesannya, justru langsung ku hubungi nomer itu. Kami mengobrol panjang lebar, dan akhirnya Ia pun menawarkan pertemuan yang memang aku inginkan sejak pertama. “Aku jenuh, ingin refreshing” tegasnya.  Ia menawarkan pertemuan di rumahku
                                                                                    ***
            Jam 19.10, aku menjadi seperti orang bodoh. Gelisah tak menentu. Ku lakukan apa yang bisa dilakukan untuk membuat diriku terlihat cantik dan anggun. Rumah kutata rapi dan kubersihkan. “Memang apa yang akan kulakukan?”, aku berfikir. Waktu terus berjalan. Pukul 19.20, mukaku semakin terlihat pucat. Maklum saja, sudah 2 tahun aku tak pernah bertemu dengan pria yang special. Untung saja Putra, anakku yang berumur 5 tahun sudah tertidur.
            Pukul 19.30. Aku harap malam ini akan menjadi malam yang spesial. Handphoneku berdering. Jantungku serasa mau copot. Baim mengirim pesan singkat. “Sudah sampai gang depan”, isi pesan singkatnya. Aku menjemputnya di gang depan rumah. Ia kelihatan berbeda, lebih kurus daripada yang ada di foto, namun bentuk tubuhnya tetap proposional. Kuliatnya coklat, benar-benra kulit khas orang Indonesia.
            Sesampainya di rumah, Ia memarkirkan sepeda motor dan melepaskan helm yang sejak tadi dipakainya. Rambut ala spiky nya sedikit rusak karena tekanan helm. Kami membicarakan banyak hal. Sambil menghisap rokok di tangannya, kami membicarakan dari hal yang bersifat umum, sampi hal yang bersifat intim. Aku benci laki-laki perokok, tapi entah kenapa aku menikmati tiap hembusan asap dari mulutnya bersamaan dengan obrolan kami.
Dari sekian banyak obrolan, pekerjaannya lah yang paling membuatku penasaran. Ternyata benar, menemani orang sepertiku adalah salah satu pekerjaannya. Tapi entah kenapa aku tak peduli. Yang aku pedulikan hanyalah dia milikku malam ini. Kami ngobrol hampir sekitar 1,5 jam lamanya. Ia menceritakan bahwa sangat susah mencari teman jaman sekarang. Kebanyakan orang yang Ia temui selalu menjurus ke arah hubungan intim. Ia pun mengatakan lebih suka share dan menciptakan obrolan hangat. Pada saat itu entah hanya perasaanku saja yang ke-GR-an atau memang benar, aku merasa dia menikmati obrolan hangat denganku. Aku pun juga demikian.
Pukul 21.15, dia pamit ingin pulang. “Sudah malam”, katanya. Ia harus bekerja esok pagi jam 8. “Begini saja?”, ucapku kecewa. Aku menahannya sebisaku. Dengan rayuan manjaku aku tarik tangannya. Mengejutkan, Ia tak menolak. Malam itu seakan semuanya bisu, puntung rokok di lantai dan heningnya malam seakan menjadi saksi bisu akan dosa yang kami lakukan. “Aku menikmatinya”, itu saja pikirku.
            Ia pulang dengan wajah yang sedikit kecewa. “Apa Ia menyesal, apa aku tak seperti yang diharapkan”, pikirku kacau. Ku antar kepulangannya dengan wajah sumringah dan berharap Ia akan menemuiku lagi. Aku wanita yang beruntung, tak sepeser pun ia meminta uang dariku.
                                                                        ***
            Aku tak bisa tidur memikirkan apa yang terjadi antara aku dan Baim. Setelah kejadian malam itu, aku coba terus menghubunginya walaupun hanya sekedar sapaan. Namun, tak sekalipun Ia membalas pesanku. Hari-hari berlalu dan tak ada hari dimana aku tak memikirkan Baim. Aku terus berpikir bahwa mungkin Ia sudah melupakan semuanya. Tentu saja, mungkin waktu itu Ia hanya mewrasa menjalankan pekerjaannya. Menemaniku. “Tapi, kalau Ia hanya sekedar menjalankan pekerjaanya, kenapa Ia bahkan tak meminta imbalan dariku?”pikirku. Sejenak aku berfikir bahwa Ia benar-benar mencintaiku.
            Tak ada hari dimana aku tak gelisah. Duduk di teras, memejamkan mata dan  membayangkan Ia datang dengan sepeda motornya. “Ah cuma mimpi” gumamku. Wajahnya selalu terbayang di kepalaku, aku pun selalu memantau akun miliknya. Sejenak aku berpikir, “Apa yang terjadi padaku”. “Apakah tanpa kusadari aku telah mencintainya?Mencintai seorang lelaki penghibur?Tapi apakah itu salah? Bukankah mencintai siapapun adalah hak seseorang?”. Akan tetapi aku pun mulai berfikir rasional. Apakah aku juga mempunya arti spesial untuk Baim? Apakah Baim memberikan tempat spesial di hatinya untukku?
                                                                                   
                                                                                   Yogyakarta, 28 Februari 2013
           

6 komentar:

  1. kui ceritane gedawan ndung.. :D
    bagi pin kakak..

    BalasHapus
  2. hahahaha....asem ik, mosok komen gedawan tok...mbok komen critane ngono lho..wkwkwkwk
    okee,cek DM twitter ea qaqaaa....xD

    BalasHapus
  3. wkakakak.. apa menurutmu pesan dan kesan yang bisa diambil?

    BalasHapus
  4. Hei...that's your job to find it out!!!mosok takon karo pengarange..hahahahaha

    BalasHapus
  5. heeiii..
    tnyata aktif blogging juga ni opa handuung..
    maap baru baca karyanya skarang.. :))

    BalasHapus
  6. aku komen ya opaa..
    kalo mnurutku si udh bagus tpi kya ada yg kurang gtu..
    kurang something which can makes it to be something special.. :)
    tpi itu subjektivitasku aja loo...

    BalasHapus