Sabtu, 04 Februari 2012

AKU MASIH MISKIN

Cerpen Patria Handung Jaya

            Kulihat lagi diriku di cermin, ternyata jilbabku masih miring. Kurapikan lagi jilbabku, kupoles pula wajahku dengan bedak agar terlihat sedikit lebih putih. Semua sudah siap. Cincin emas dan kalung emas putih terjuntai indah menghiasi tubuhku. Tak lupa jam tangan merk terkenal kulingkarkan di tangan kiriku.
“Oh, payung…siapa tahu nanti hujan,” batinku. Malam itu, seperti biasanya rumah tampak sepi. Anak dan menantuku belum pulang. Sedangkan cucuku…ya, namanya anak baru gede masih senang-senangnya mencari jati diri. Hanya ada pembantu di rumah yang sedang asyik ngobrol dengan tukang kebun sebelah rumah.
“Mbak, aku pergi ya,”teriakku dengan suara icempreng
Badhe tindak pundi to bu Joyo?”, suara mbak Minah dengan logat Jowonya yang kental
“Biasa to mbak…aku itu mau kerja”
“Aduh, bu…nanti kalo saya kena marah mas Agil lagi bagaimana? Kemarin saja saya dibentak habis-habisan sama mas Agil gara-gara membiarkan Ibu pergi.
Uwes-uwes…nanti biar aku yang bicara sama anakku, wes yo mbak aku berangkat.”